السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ و عليكم السلام والرحمة الله وبركاته

Rabu, 19 Februari 2014

SALJU TURUN DI JAZIRAH ARAB TANDAKAN KIAMAT SUDAH DEKAT


Badai Alexa (lensaindonesia.com)

Makkah. Beberapa hari ini salju berturunan di Jazirah Arab setelah badai Alexa menerjang kawasan tersebut. Imam Masjidil Haram, Syeikh Su’ud Syuraim, menyatakan bahwa hal tersebut telah membuktikan bahwa Muhammad saw. benar-benar seorang nabi dan rasul yang menerima wahyu dari Allah swt.
Beliau mengatakan bahwa salju adalah komponen utama dalam pembentukan sungai dan tumbuhan. Berjatuhannya salju di Jazirah Arab membuktikan kebenaran Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda, “Hari Kiamat baru akan datang setelah negeri Arab kembali menjadi padang yang hijau dan sungai-sungai.”
Syeikh Syuraim juga menyebutkan bahwa baru-baru ini salju telah turun di daerah Tabuk. Kita jadi teringat dengan perkataan Rasulullah saw. kepada Muadz saat perang Tabuk, “Kalau umurmu panjang, maka engkau akan melihat tempat ini penuh dengan kebun-kebun.” (msa/dakwatuna/islammemo)

Sumber: Dakwatuna
»»  yang lain bede'...

ROMA BAKAL DITAKLUKKAN. KINI ISLAM JADI AGAMA TERBESAR KEDUA DI ITALIA




Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw telah mengabarkan bahwa kaum Muslimin akan menaklukkan dua kota di Eropa. Pertama adalah Konstantinopel, yang kini menjadi Istanbul di Turki dan kedua adalah Roma.

Konstantinopel telah ditaklukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih beserta pasukannya pada 1453 lalu. Sedangkan Roma, kaum Muslimin belum berusaha sungguh-sungguh untuk merealisasikan janji Rasululah Saw itu.

Tapi, terlepas dari itu, tahukah Anda bila ternyata umat Islam di Italia menjadi umat terbesar kedua setelah Katolik. Jumlah populasi Muslim mencapai 1,7 juta dengan sekitar 700 masjid.

Dikabarkan, anggota Komunitas Islam Italia mengadakan diskusi bersama tentang agama minoritas yang di selenggarakan di Niccolò Cusano University, terutama menyoroti kontribusi muslim untuk perekonomian Italia dan memprotes kurangnya status resmi pada agama Islam sebagai agama tebesar kedua di Italia. Konferensi tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka dari Komunitas Muslim Italia.

Survei statistik nasional menyebutkan bahwa terdapat 1.700.000 muslim di Italia. Izzedin Elmir, Imam Florence sekaligus ketua Muslim Unione delle Comunità e Organizzazioni Islamiche di Italia juga menyatakan bahwa terdapat lebih dari 700 masjid di Italia. Hal ini seperti yang dilaporkan oleh ANSA News pada Selasa, 11 Februari 2014.

Berdasarkan data nasional, rekening milik umat Islam menyumbang 4-5% PDB Nasional Italia. Hal ini membuktikan bahwa Islam merupakan nilai tambah bagi Italia.

Sayangnya, meskipun di Italia terdapat kebebasan beragama dan diakui dalam konstitusi, tidak adanya undang-undang yang mengatur membuat Muslim Italia tidak diakui secara de facto oleh Negara. Tidak adanya kesepakatan ini membuat sulitnya mengatur hubungan antara lembaga-lembaga di Italia dengan agama selain Katolik, karena Katolik sudah ditetapkan di Concordat. Hal ini juga berlaku bagi agama minoritas lainnya seperti Buddha dan Yahudi.

Agostino Cilardo, ahli hukum Islam di Naples Orientale University, juga mengutarakan keprihatinan yang sama. “Masalah kurangnya representasi sebagai agama yang diakui, tidak hanya satu agama yang resmi. Ketika kesepakatan disusun, maka yang menjadi mitra kesepakan adalah organisasi terpadu. Tapi dalam kasus ini, siapa yang bisa menyuarakn hak umat Islam?”, tambahnya.

Kurangnya status resmi ini menjadikan organisasi Muslim tidak memenuhi syarat untuk pendanaan melalui hukum Italia yang memungkinkan wajib pajak untuk mengalokasikan sebagian dari pajak mereka ke kelompok agama pilihan mereka.

Upaya untuk mengenali Islam di Italia, bahkan secara tidak resmi, sering dialihkan oleh separatis Liga Utara. Perdana Menteri Italia, Enrico Letta telah merencanakan untuk mendirikan sebuah museum seni Islam di tepi Grand Canal di Venesia, sayangnya hal ini ditanggapi dengan kemarahan oleh separatis Liga Utara. Begitupun dengan rencana dewan regional untuk membangun lebih banyak masjid di Italia.

sumber: onislam/suara-islam.com
»»  yang lain bede'...

BUYA HAMKA, KETIKA AIR TUBA DIBALAS AIR SUSU



Buya Hamka, Ketika Air Tuba Dibalas Air Susu

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”

Di sepetak ruang. Di sudut lorong-lorong gelap, berkelok, tak tahu di mana ujungnya. Ruangan itu tak kalah gelap. Hanya cahaya dari balik jendela kecil di atas sana yang lariknya menembus, membelai debu-debu beterbangan, menyapa lembaran kertas yang menumpuk. Lembaran yang begitu rapi. Lembaran yang ia tulis, selama dua tahun 4 bulan. Di balik jeruji, di pinggiran Sukabumi. Atas tuduhan makar, kezaliman rezim tiran tak berdasar.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, karib disapa Buya Hamka. Kalam suci Ilahi, dengan tekun, ia ulang hafalannya. Mengeja ayat demi ayat. Merenungkan satu per satu maknanya, hingga khatam, seluruhnya tergenapi. Ada haru membiru. Ada tangis berlapis senyum bahagia, di sana. Allah terasa begitu dekat.

Seperti Ibnu Taimiyyah dulu kala. Berteman secarik kertas, berikut tinta dan pena. Tempat menorehkan tulisan hasil perenunangan. Berjilid-jilid karya keluar dari balik jeruji. Orang-orang berdatangan, meminta fatwa. Dari balik jeruji besi itu, dalam gelap ia menjawab. Jadilah berjilid-jilid Majmu Fatawa di sana. Tak ada rasa takut sama sekali. Bahwa penjara baginya, adalah surga.

Malam harinya diisi dengan berdiri, rukuk, sujud. Sungguh, tak ada yang terpenjara di sana. Jiwanya merdeka. Tak ada yang terkekang di sana. Tangannya lincah menulis pesan penuh makna. Alam pikirnya mengembara, merenungi KemahaanNya.

Atau seperti laiknya sahabat seperjuangan di belahan bumi lain, Mesir, Sayyid Quthb. Rezim tiran tak mampu membungkam alam pikirnya, meski jasad terpenjara. Bertemankan lembaran kertas, juga pena. Lahirlah karya monumental Tafsir Fii Dzilal Al Quran.

Buya Hamka, nyaris serupa. Tafsir Al Quran 30 Juz yang kelak dinamakan Tafsir Al Azhar ia rampungkan, ditemani dinginnya jeruji besi, di masa kepemimpinan Soekarno. Rezim berganti, orde lama berganti rezim yang dinamai orde baru. Tak disangka, Buya Hamka bisa menghirup udara bebas.

Hamka dan Soekarno

Setelah bebas dari penjara, Hamka tak tahu kabar Soekarno, penguasa yang memenjarakannya kala itu. Ingatannya melompat ke masa ke belakang. Saat ia tanpa tedeng aling-aling mengritik pemerintahan yang akan memaksakan penerapan sistem demokrasi terpimpin.

“..Trias Politica sudah kabur di Indonesia….Demokrasi terpimpin adalah totaliterisme…Front Nasional adalah partai Negara…” teriak Hamka menggema di Gedung Konstituante tahun 1959, ketika memajukan Islam sebagai dasar Negara Indonesia dalam sidang perumusan dasar Negara. Tak lama, Konstituante dibubarkan oleh Soekarno. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), partai temapat bernaung Buya Hamka pun dibubarkan paksa. Para pimpinannya ditangkap, dijebloskan ke balik jeruji.

Perbedaan pandangan politik Hamka yang dikenal Islamis, dengan Soekarno yang seorang sekularis, kian menajam dengan penangkapan dan pemenjaraan rival-rival politiknya. Meski begitu, tak ada sumpah serapah yang keluar dari seorang Buya Hamka kepada sang pemimpin kala itu. Saat dijemput paksa untuk langsung dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan, Hamka hanya pasrah, bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.

Pun setelah bebas, tak ada dendam di sana. Tak ada rasa ingin membalas, menuntut, atau melakukan tindakan membela diri. Padahal, ketika itu, buku-buku karangan Buya dilarang beredar oleh pemerintah. Tak ada rasa kesal di sana. Tak ada mengeluh, atau umpatan. Semua ia serahkan kepada Allah, sebaik-baik penolong.

Justru, demikian besar keinginan Hamka untuk bersua Soekarno. Mengucap syukur, karenanya, ia bisa menyelesaikan Tafsir Al Azhar dari balik penjara. Karenanya, ia bisa begitu dekat dengan Allah. Karenanya, jalan hidupnya begitu indah, walau penuh ragam ujian.

Soekarno, dimanakah sekarang ia berada? Tak tahu..Begitu rindu, Hamka ingin bertemu dengannya. Tak ada marah dari seorang Buya. Telah lama..telah lama sekali, kalaupun Soekarno mengucap maaf, telah lama hatinya membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Bahkan, ada syukur di sana.

Tapi dimana? Di mana Soekarno sekarang? Ingin sekali Buya bertemu dengannya. Pertanyaannya terjawab, namun bukan jawaban biasa. 16 Juni 1970, Ajudan Soeharto, Mayjen Soeryo datang menemui Hamka di Kebayoran, membawa secarik kertas. Sebuah pesan — bisa dibilang pesan terakhir — dari Soekarno. Dipandangnya lamat-lamat kertas itu, lalu dibaca pelan-pelan.

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”

Mata begitu bening, seperti halnya kaca membaca tulisan ini. Sebuah pesan, dari seorang mantan pucuk pimpinan negeri. Dimana? Dimana Soekarno sekarang? Begitu rindu ingin bertemu dengannya. Mayjen Soeryo berkata, “Ia..Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD. Sekarang jenazahnya telah di bawa ke Wisma Yoso.”

Mata ini semkin berkaca-kaca. Tak sempat..rindu ini berbalas. Hamka hanya dapat bertemu dengan sosok yang jasadnya sudah terbujur kaku. Ingin rasanya, air mata itu mengalir, namun dirinya harus tegar. Ia kecup sang Proklamator, dengan doa, ia mohonkan ampun atas dosa-dosa sang mantan penguasa, dosa orang yang memasukkannya ke penjara.

Kini, di hadapannya, terbujur jasad Soekarno. Sungguh, kematian itu begitu dekat. Dengan takbir, ia mulai memimpin shalat jenazah. Untuk memenuhi keinginan terakhir Soekarno. Mungkin, ini isyarat permohonan maaf Soekarno pada Hamka. Isak tangis haru, terdengar di sekeliling.

Usai Shalat, selesai berdoa, ada yang bertanya pada sang Buya,”Apa Buya tidak dendam kepada Soekarno yang telah menahan Buya sekian lama di penjara?”

Dengan lembut, sang Buya menjawab,” Hanya Allah yang mengetahui seseorang itu munafik atau tidak. Yang jelas, sampai ajalnya, dia tetap seorang muslim. Kita wajib menyelenggarakan jenazahnya dengan baik. Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu anugerah dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al Quran 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu.”

Sungguh, air mata menetes mendengar penjelasan Buya. Begitu luas jiwanya, hingga permasalahan, baginya ialah setitik tinta, yang diteteskan ke luasnya samudera. Tak ada bekas di sana. Tak pernah ada rasa dendam sama sekali. Dengan senyum dan tenang, ia jalani semua lika-liku kehidupan.

sumber: (jejakislamnet/suara-islam.com)
»»  yang lain bede'...

Minggu, 16 Februari 2014

DA'WAH : KELEMAHAN KADER KADER DA'WAH

 Lazimnya sebuah perjuangan, rintangan dan hambatan itu menjadi niscaya. Ketika lawan menebar hambatan, itu bermakna kita ada kekuatan. Saat jaring-jaring jebakan terpasang. Itu berarti geliat perjuangan itu nyata. Besarnya rintangan dan hambatan, justru seiring dengan laju, suhu, dan daya jelajah perjuangan itu sendiri. Pantas sebuah syair Arab mengatakan,
"Jika suatu bangsa berharap melegenda.
Sepatutnya ia songsong takdir nyata.
Malam itu tak selamanya gelap gulita.
Rintangan apapun akan punah tiada."
"Bangsa yang enggan memeluk peluh kehidupan.
Ia akan tenggelam dan hilang dari peredaran.
Nistalah orang yang hanya mencaci keadaan.
Namun berharap maju dan menjadi pemenang."
Sekian puluh tahun Indonesia merdeka, kepemimpinan hanya didominasi Bani Soekarno, Bani Soeharto, Bani Sarwo Edhie, dan para pensiunan yang energi dan visi ke-Indonesiaannya (jangan tanya visi keIslaman) sangat memprihatinkan. Alih-alih Indonesia tinggal landas, yang terjadi adalah tinggal ludes. Apa penyebabnya? Tak lain karena kaum muda Indonesia tak memiliki narasi yang jelas, dan sibuk dengan narasi-narasi konseptual yang tercerabut dari realitas.
COba perhatikan! Saat umat bodoh, miskin, dan termarjinal. Diskusi anak-anak muda bukan menciptakan pekerjaan dan meningkatkan penghasilan. Tapi berdebat panjang tentang Golput, Haramnya Demokrasi, Khilafah Syariah solusinya! Lebih tragis lagi, saat mayoritas umat buta tentang Nabi dan lebih mencintai perayaan Noni, anak-anak muda sibuk berdebat seputar Memperingati Maulid Nabi! Narasi yang benar-benar garing. Jauh dari realita! Umat dimana, para da'i kemana!
Mengapa para juru dakwah mengalami kehilangan narasi? Ada lima penyebabnya:
1. Dunuwwul Himmah (Rendahnya motivasi dan visi hidup).
Dakwah yang menyulitkan, mengejek, menakut-nakuti, atau menyalah-nyalahkan adalah model dakwah yang sangat rendah. Apalagi ada pengklaim memperjuangkan Syariah-Khilafah, namun memosisikan akhlak dan jihad berada di posisi buncit dalam perjuangannya.
Apalagi paham yang meniadakan nasionalisme dan cinta tanah air. Rasul saja sempat menangisi Mekkah. Rakyat Palestina hingga kini tak jelas rimba, saat tanah air direbut paksa Israel. Lalu apakah kita umat Islam Indonesia harus menyerahkan setiap jengkal tanah kepada kaum Liberal-Sekuler-Noni-LGBT? Sungguh pemahaman antinasionalisme adalah paham yang digunakan Zonis-Salibis agar umat Islam enggan mengurusi negerinya dan membiarkan penjajah menguasai SDA di seluruh negeri-negeri Islam.
2. 'Adamu Ats-Tsiqqoh bin-Nafsi (Tidak percaya diri).
Mental tidak percaya diri akan hadir saat juru-juru dakwah memiliki mental tangan di bawah. Atau tak memiliki prestasi nyata dalam kehidupan. Faaqidussyai laa yu'thi (orang tenggelam tak mungkin memberi pualam). Cirinya mudah. Yaitu mudah dengki, hasud, iri. Penyakit SMS (Senang Melihat orang Susah; Susah Melihat Orang lain Senang). Sibuk mencari aib. Fitnah dianggap nasihat. Satu lagi, merasa dirinya paling benar dan paling dekat dengan surga.
Mental ini ternyata yang marak dalam kehidupan para juru dakwah. Perhatikan para juru dakwah. Mengaku paling sunnah hanya dengan celana cangkring, janggut panjang, atau mengibarkan bendera tauhid. Lalu tidak menjalankan sunnah Nabi yang lain; unggul dalam pengabdian, luhur dalam akhlak, muncul dalam bisnis-niaga-dagang, agung dalam kepemimpinan.
3. Ghiyaabul Hadfi (Target/tujuan yang tiak realistis).
Perjuangan yang tidak jelas targetnya, maka tidak akan jelas fase-fase perjuangannya. Perjuangannya cenderung; "Pokoke". Sayangnya tidak terukur dalam teritori tertentu. Sebagai contoh, jika kader satu organisasi dakwah menguasai satu teritori selama 5 tahun. Maka target dan sasaran yang ingin dicapai sangat jelas. Anggarannya ada. Aparat dan birokrasi pelaksana juga tersedia. Lalu bagaimana dengan organisasi dakwah yang sama sekali tidak memiliki teritori? Jadi RT pun tak pernah! Lantas ingin memimpin dunia?
4. Sijnul Maadhi (Terpenjara masa lalu).
Sejarah itu adalah bagian dari kehidupan. Sebagai muslim, kita tak boleh tercerabut dari akar sejarah. Namun tak boleh juga terkungkung dalam nostalgia masa lalu. Kita cenderung membangga-banggakan generasi shahabat, tabi'in, salafus shalih. Namun sayangnya kita tak pernah mampu menyerap saripati kebesaran mereka untuk direalisasikan dalam kehidupan saat ini dan akan datang. Lalu kita hanya menjadi narator sejarah, bukan kreator sejarah!
Kita agungkan Muhammad AlFatih sebagai Sang Pemusar Gelombang! Namun kita tak pernah memiliki sifat-sifat yang sama dengan Muhammad Al-Fatih. Lalu nama AlFatih ditempelkan menjadi "gelar/laqob". Bayangkan namanya AlFatih, AlFaruq, Al-Al lainnya. Namun akhlak saja tak jelas. Masih hobi dengan hal-hal syubhat. Menikmati apa yang diharamkan. BUkankah merusak citra AlFatih?

http://www.islamedia.web.id/2014/01/empat-kelemahan-kader-kader-dakwah.html

»»  yang lain bede'...

CINTA ITU TUMBUH MELALUI "ODOJ"

Melalui odoj, aku berusaha mencintai alquran sepenuhnya

Melalui odoj, aku ingin mengenal alquran yang sebenarnya


selama ini, tangan ini, setiap saat memang ia bisa menyentuh alquran
tapi aku belum tahu, apakah selama ini alquran telah menyentuh hatiku?

Ku akui, selama ini, lisan ini kadang bisa membaca ayat-ayat alquran dengan merdu.


Tapi aku belum tahu, apkah alquran yang sudah kubaca terbaca juga oleh gerak seluruh tubuhku?
Aku belum tahu, apakah aku melangkah sesuai alquran
Apkah aku memandang sesuai alquran?

Apakah aku bertindak sesuai alquran?
Aku juga belum tahu!
Aapkah aku mendengar dan bicara sesuai alquran
Odoj memberiku banyak hal
Memberiku sahabat baru yang insyaAllah mencintai Alquran
Dari mereka aku bisa belajar
Belajar tentang banyak hal
Ada kesantunan, ada kesemangatan, ada persaaudaraan bahkan ada kepedulian

Semua yang tak terduga adanya
ODOJ ternyata memberinya
ODOJ memberiku rasa, rasa cinta pada alquran
ODOJ memberiku semangat, semangat memperjuangkan Al_quran
ALLAHUAKBAR


Odoj telah memberiku kekuatan, kekuatan CINTA atas nama islam.
Allahu akbarhttp://www.islamedia.web.id/2014/01/cinta-itu-tumbuh-melalui-odoj.html
»»  yang lain bede'...